Sekedar kilas balik bahwa postingan ini tetap mengacu pada panduan umum Search Engine Optimization (SEO) & merupakan kelanjutan dari beberapa posting sebelumnya tentang judul dan deskripsi blog serta memperbaiki struktur blog. Hal ini kami lakukan agar informasi yang pengguna dapatkan tidak sepotong-sepotong, melainkan satu kesatuan posting yang tidak terpisahkan satu dengan lain.
Konten secara umum merupakan informasi yang tersedia melalui media dalam berbagai format. Apabila kita kaitkan dengan sebuah blog, maka ia meliputi semua isi yang terkandung dalam struktur markah pada suatu blog, baik dari kepala hingga kaki. Sedangkan penyempitan makna konten itu sendiri lebih tertuju pada aktivitas blogging, yakni posting. Hal itu tidaklah menjadi keliru sebab posting merupakan bagian dari isi konten utama dalam sebuah blog. Namun pada uraian ini, kita akan membicarakan konten dalam pengertian yang menyeluruh & tidak terbatas pada posting saja. Bagaimana konten yang dapat dikategorikan berteman dengan SEO (Search Engine Optimization)? Penting ditekankan bahwa konten Anda untuk pengguna, sedangkan faktor lain merupakan dampak yang dihasilkan.
Kualitas & Layanan Konten
Apa yang terpikirkan dari sub judul di atas? Ketika sebuah blog memiliki karakter unik, kesamaan topik dari awal sampai akhir maka ia akan mendapat pengakuan dari pembacanya. Selanjutnya tidak jarang akan menjadikan rekomendasi, apalagi jika posting yang diterbitkan merupakan sebuah informasi segar & menarik. Ilustrarsi singkat, pengguna ingin membaca tentang tips blogging. Ketika ia menemukan sebuah blog yang menyajikan informasi tersebut, ia akan mulai memindai apa saja isi yang terkandung di dalamnya, mungkin judul posting lain yang terdapat dalam widget, tata bahasa, markah, dan sebagainya. Disaat mata & pikiran pengguna telah menerima bentuk tampilan pada layar peramban, pada saat itu pula mereka mulai membacanya. Apabila antar posting memiliki keterkaitan dengan topik yang dibacanya, bukan mustahil pengguna akan ‘mengacak-acak’ seluruh konten serta akan menanti pembaharuan di blog tersebut. Dan ini boleh kita namakan sebagai kata kunci tertarget.
Kemudian perhatikan pula tata bahasa yang digunakan, oleh karena tidak semua pengguna berasal dari daerah atau negara kita, kecuali jika memang blog ditarget untuk pembaca tertentu. Dan bukan itu saja, pemahaman antar pengguna satu dengan lain mungkin akan berbeda pula. Coba teliti tentang pemahaman “markah” & “kode”. Satu pengguna mungkin akan mengetikkan “markah HTML”, sedangkan pengguna lain mengetik “kode HTML”. Meskipun informasi yang dimaksudkan sama, tetapi hasil yang didapatkan akan berbeda dalam mesin penelusur. Akan lebih baik jika kita memadukan frase tersebut, sehingga mengantisipasi perbedaan pemahaman pengguna. Hal ini integral dengan pemanfaatan ungkapan bahasa yang baik & benar dalam isi konten. Siapa yang menduga — walaupun ditarget untuk pembaca tertentu — pengguna lain dari berbagai daerah atau negara akan mengunjungi blog kita, sehingga merupakan upaya logis untuk mendukung sebuah konten agar dapat diterjemahkan dengan benar (hampir benar). Intinya maksud yang disampaikan oleh author serupa/sama dengan penerimaan yang didapat oleh pengguna.
Konten yang original, segar, & menarik tanpa memperhatikan tanda-tanda di dalamnya mungkin akan menimbulkan kesalah-pahaman bagi pembacanya. Untuk mengurangi hal itu kita dapat belajar menerapkan kode & markah yang semantik. Saya tidak menjelaskan detail tentang semantik, namun jika ingin mempelajari lebih lanjut, Anda dapat membaca pada tautan berikut:
- Semantics — Wikipedia.org
- Semantics and sensibility oleh Harry Roberts
- Semantics, Standards, Accessibility … oleh Bruce Lawson
- Why You Should Use SEO Semantic Coding and Semantic Markup oleh Barry Wise
Bagaimana menerapkan semantik dalam konten blog? Mungkin kita telah mengenal CSS dan struktur HTML, tetapi dalam posting jarang kita perhatikan. Sedikit tips untuk penerapan semantik dalam posting, saya biasa merangkum beberapa markah umum sebelum menulis dan menggunakan metode post editor “HTML” (bukan “Compose”).
<p></p>
<span class="amp">&</span>
<a href=""></a>
<em></em>
<strong></strong>
“ ”
‘ ’
-
–
—
™
<pre><code></code></pre>
<code></code>
<abbr title=""></abbr>
<span style=""></span>
<blockquote><p></p></blockquote>
<q></q>
<img class="" src="" alt="" width="" height="" style=""/>
<a href="" title=""><img class="" src="" alt="" width="" height="" style=""/></a>
<ul><li></li><li></li></ul>
<ol><li></li><li></li></ol>
<cite><a href="" title=""></a></cite>
<h3></h3>
<h4></h4>
<h5></h5>
<h6></h6>
<figure><img src="" alt="" width="" height=""/><figcaption></figcaption></figure>
<table><caption></caption><tr><th></th><th></th></tr><tr><td></td><td></td></tr></table>
Menulis Teks Jangkar yang lebih Baik
Teks jangkar tidak selalu berhubungan dengan kata kunci (keywords), ia merupakan sekumpulan teks atau kata yang mendeskripsikan sesuatu sehingga menjadi jelas seperti URL (Uniform Resource Locator), singkatan, gambar (detail pada sub judul “Optimalisasi Penggunaan Gambar”), dan sebagainya.
Demi sebuah kata kunci, saya rasa tidak perlu selalu ditunjukkan dengan memperinci kata kunci dalam berbagai gaya (style) seperti teks tebal, miring, pewarnaan dan lain-lain. Bahkan tidak jarang ditemui sejumlah kata kunci yang dicoret atau menggunakan garis bawah. Apa tujuannya? Agar perayap akan tersendat ketika melakukan pengindeksan pada kata kunci tersebut. Lalu bagaimana dari sisi pengguna? Apakah akan terasa nyaman membaca jika sebuah konten terlalu banyak kata kunci yang dihiasi dengan berbagai gaya atau bahkan tidak jarang menimbulkan kesalah-pahaman? Telah dijelaskan pada sub judul sebelumnya bahwa berusaha membuat sebuah konten untuk semantik akan mengantisipasi kesalah-pahaman, begitu pula dengan memberikan tanda-tanda tertentu pada suatu teks (tanda baca). Isi konten yang baik adalah yang mudah dimengerti & dipahami oleh pengguna, bukan sebaliknya. Apabila tidak, maka resiko pentalan akan semakin tinggi.
Teks jangkar pada tautan pun semestinya mendeskripsikan apa yang ia tautkan, sehingga tautan yang kita masukkan benar-benar berkualitas. Hindari penulisan teks jangkar pada tautan secara generik yang mengandung arti kurang jelas seperti halaman ini, artikel ini, klik di sini, dan sejenisnya. Dari sisi pengguna, tautan seharusnya mudah dibedakan dengan teks biasa, kerena nilai dari sebuah konten akan memudar jika pengguna tidak dapat membedakan itu atau pengelola mengkondisikan agar tautan tidak sengaja diklik oleh pengguna. Bahkan mungkin tanpa disadari, kita telah menciptakan tautan yang sebenarnya tidak perlu dimasukkan (dipaksa untuk bertaut) dalam sebuah konten.
Optimalisasi Penggunaan Gambar
Saya rasa untuk optimalisasi penggunaan gambar, para blogger pasti telah mengetahui pentingnya atribut alt
. Atribut itu berfungsi sebagai ‘pembaca gambar’. Tinggal upaya kita untuk membuatnya lebih deskriptif & lebih bermakna bagi pembacanya. Jangan pula kita memasukkan deskripsi yang terlalu panjang atau hanya mengeksplorasi kata kunci dalam gambar. Gambar merupakan salah satu alat bantu untuk memberikan kemudahan bagi pengguna agar lebih memahami isi konten. Tetapi hal itu bukan berarti bahwa kita selalu menggunakan tautan gambar untuk navigasi di blog yang kita kelola.
Pergunakan Tag Heading dengan Tepat
Tag heading dimanfaatkan untuk menyajikan struktur pada halaman kepada pengguna, dimana ia tersusun mulai <h1>
sampai dengan <h6>
. Karena tag heading biasanya membuat teks yang terkandung di dalamnya lebih besar dari teks biasa pada suatu halaman, maka ini adalah isyarat visual kepada pengguna bahwa teks tersebut penting & bisa membantu mereka memahami sesuatu tentang jenis konten di bawah teks judul. Beberapa ukuran heading yang dapat digunakan dalam rangka menciptakan struktur hirarkis untuk konten blog, sehingga memudahkan pengguna untuk menavigasi isi dari konten tersebut.
Patut dijadikan catatan bahwa tidak semua teks dapat dikategorikan sebagai tag heading, adakalanya teks tebal atau miring lebih bermakna bagi teks tersebut. Kemudian jika sebuah teks kurang/tidak membantu dalam menentukan struktur halaman, sebaiknya tidak terlalu memaksakan memberi ‘label’ tag heading. Salah satu cara untuk menentukan sebuah struktur halaman dalam blog adalah menulis & berpikir secara outline. Yah, mungkin pengertian sederhananya adalah metode membuat kerangka karangan.
Judul sebuah posting seharusnya singkat dan deskriptif. Bukankah judul yang panjang lebih baik & menimbulkan daya tarik tersendiri? Mungkin dalam sedikit kasus, penekanan teks tertentu yang ditambahkan dapat berguna bagi pembaca. Tetapi jika judul posting yang singkat telah mampu mendeskripsikan isi yang terkandung dalam posting, mengapa kita berpikir untuk membuatnya menjadi panjang.
Simpulan
Berdasarkan dari uraian di atas maka dapat kita ambil generalisasi dengan detail sebagai berikut:
- Konten seharusnya unik, nyaman dibaca, & mudah dipahami oleh pengguna untuk mengantisipasi atau mengurangi celah kesalah-pahaman.
- Ketika kita telah memilih sebuah topik, tetapkan pengorganisasian isi konten agar selalu terkait dengan topik tersebut. Dan jangan lupa memprioritaskan untuk kemudahan pengguna, bukan untuk indeks mesin penelusur.
- Teks jangkar yang singkat, tepat, dan deskriptif akan memberikan pengalaman yang positif bagi pengguna serta indeks yang baik bagi mesin penelusur untuk menyampaikan isi terkait. Begitu pula apabila kita dapat memberikan pembeda yang jelas antara teks biasa & tautan teks, sehingga hal-hal yang kurang/tidak diinginkan dapat diminimalisasi.
- Lengkapi dengan atribut
alt
, apabila menggunakan media gambar sebagai tautan dan/atau isi konten dalam tubuh HTML (Hypertext Markup Language). Ini tidak termasuk gambar yang dikonfigurasi sebagai nilai dari suatu properti pada CSS (Cascading Style Sheets). - Pergunakan tag heading secara tepat untuk menekankan bahwa teks adalah benar-benar penting dan merepresentasikan struktur halaman.
“Menulis” ternyata tidak sekedar “menulis”, tetapi memiliki kedalaman makna yang terkandung di dalamnya. Standar merupakan impian bagi para blogger — termasuk saya — dan boleh jadi SEO turut sebagai pengiring. Tetapi hal tersebut mungkin tidak berarti tanpa memberikan tanda-tanda tertentu (semantik) dalam mengoptimalkan konten pada blog yang kita kelola dan yang terpenting adalah bagaimana informasi disampaikan dengan baik serta terstruktur, sehingga dapat diterima secara positif oleh pengguna.
lengkap banget penjelasannya kang,,,jadi betambah lagi nich pengetahuan saya kang,,,coba semua blogger di indonesia konten postingannya seperti ini, pasti blog di indonesia akan lebih maju
BalasHapus@Hayardin — saya yakin banyak para blogger yang memiliki postingan seperti ini, bahkan lebih bagus, mas. Cuma belum ketahuan, sedangkan yang sudah ketahuan pada tenggelam, mungkin ‘hiatus’ atau kesibukan mereka di dunia nyata.
Hapusmakasih gan.. mesti banyak belajar lagi sy
BalasHapuskonten memang menjadi prioritas utama sih buat algoritma google sekarang..
BalasHapuswah, kena banget, pernah saya alami susahnya membangun satu blog harus lurus ke satu fokus tanpa "bumbu penyedap", menggunakan kalimat translator friendly, malah terasa kaku, akhirnya kembali lagi ke tradisi blog spam, dengan atribut strong , dan underline di sana sini.
BalasHapusUntuk tittle sejauh pengalaman saya yang panjang justru lebih menarik, seperti "Optimalisasi Konten dalam Blog", dengan "Inilah cara paling tepat mengoptimalkan konten dalam sebuah blog",hehe.. hanya pendapat pribadi.
posting menarik, thanks.. (tuh kan, spam,hehe..)
@kireina hana — Betul, memang agak susah jika fokus pada niche tertentu, apalagi jika memperhatikan tata bahasa. Yah, salah satu alternatif mesti sering blogwalking sebagai sarana belajar, seperti ini “tautan” dengan “pranala”. Teks tebal dan miring boleh pula dimasukkan, tapi tidak selalu serta tidak harus banyak. Sedangkan garis bawah dan teks dicoret, mungkin pemahamannya bisa berupa pranala (<a>) dan teks kadaluarsa (<del>).
HapusMungkin dalam sedikit kasus, penekanan teks tertentu yang ditambahkan dapat berguna bagi pembaca. Nah, kalau sepanjang yang dicontohkan “Inilah cara paling tepat mengoptimalkan konten dalam sebuah blog”, permalink jadi terpotong seperti h**p://namablog.blogspot.com/2012/12/inilah-cara-paling-tepat-mengoptimalkan.html, kecuali menggunakan fasilitas sunting permalink.
Artikel yang lengkap dan padat manfaat, terima kasih atas informasinya sobat.
BalasHapusSemua tips seo berkualitas ada disini..
BalasHapusmantebb
lengkap sekali pembahasannya, saya akan usahakan untuk mengoptimalkan semua poin2 yang diuraikan diatas
BalasHapusterima kasih ilmunya
ini dia ni coba syapa tau za ada rejekinya,,maksih ah atas anfonya
BalasHapuskalau untuk penggunaan heading bagusnya seperti apa?
BalasHapusharuskah semuanya, ada dalam postingan kita, dari mulai h1 sampai h6
@herbal stroke — penggunaan heading yang baik adalah heading yang menggambarkan struktur konten, seperti h1 merupakan judul blog, h2 merupakan judul posting, h3 merupakan judul sidebar, dan sebagainya. Sedangkan dalam posting tentunya mengikuti kelanjutan tag heading judul posting, berarti harus h3, h4, h5, atau h6. DImana satu sama lain harus sesuai pula tingkatannya.
HapusSedangkan apakah sebuah posting harus ada tag heading h1 (red: h3) sampai h6, jawaban yang pasti adalah “tidak harus”.
apakah penggantian tema /Template pada blog kita kan murunkan kualitas blog kita gan ??
BalasHapus@hendra — selama template pengganti memiliki struktur yang lebih baik, malahan akan meningkatkan kualitas konten tentunya.
HapusAda beberapa web kontent nya dikit, paling beberapa saja posting nya, tapi alexa rangking nya bisa langsing 100rb an, gimana ya kira2 bisa gitu? apa itu berarti SEO off page yg dikuatin ya?
BalasHapusSebenarnya jika mengacu kepada Alexa Rangking mempunyai beberapa kelemahan. Rajin-rajin saja menernitkan posting, otomatis ia akan naik seiring dengan jumlah kunjungan pengguna. Sedangkan apabila sebuah situs web yang sedikit posting, tetapi Alexa Rangking ramping, maka ada dua kemungkinan yang mungkin dapat digeneralisasi. Pertama, memang karena halamannya populer sehingga orang ramai mengunjunginya. Kedua, menggunakan cara-cara tertentu — oleh pengelola — agar meningkatkan pageview, seperti auto refresh, menggunakan iframe, dan sejenisnya. Untuk yang kedua tidak perlu dipanjang-panjangkan. :)
HapusJika opsi pertama berarti pengelola memang mengkhususkan agar situs web tersebut menjadi subyek target. Biasanya konfigurasi situs web berkonten tetap (red: kalau boleh dikatakan demikian) dengan mengandalkan pranala afiliasi atau taut promosi, dimana sebagai obyeknya adalah beberapa situs web atau blog pengelola sendiri, mitra, dan sosial bookmarking atau networking. Menurut saya, lebih ditujukan pada optimalisasi onpage. Jadi jangan heran apabila ditemui sebuah halaman demonstrasi memiliki Alexa Rangking yang lebih ramping dibandingkan dengan halaman posting (misalnya: toturial).